Antiseptik
adalah agen kimia yang mencegah, memperlambat atau menghentikan
pertumbuhan mikro-organisme (kuman) pada permukaan luar tubuh dan
membantu mencegah infeksi. Beberapa antiseptik mampu membunuh kuman
(bakteriosida), sedangkan yang lain hanya mencegah atau menghambat
pertumbuhan mereka (bakteriostatik). Antiseptik berbeda dengan
antibiotik, yang menghancurkan kuman di dalam tubuh, dan dari
disinfektan, yang menghancurkan kuman pada benda mati.
Penggunaan antiseptik
Antiseptik terutama digunakan untuk
mencegah dan mengobati infeksi pada luka. Sediaan antiseptik dapat digunakan untuk mengobati luka memar, luka iris, luka lecet dan
luka bakar
ringan. Penerapan antiseptik pada luka mungkin perlu diikuti tindakan
lain seperti pembersihan dan penutupan luka dengan pembalut agar tetap
bersih dan terjaga.
photo © 2008 Brandi Sims | more info (via: Wylio)
Selain itu, antiseptik juga dapat digunakan untuk:
- Disinfeksi tangan:
menjadi pengganti atau menyempurnakan membasuh tangan dengan air.
Tenaga medis dan paramedis harus melakukan disinfeksi tangan dengan
antiseptik sebelum dan sesudah melakukan tindakan medis.
- Disinfeksi pra-tindakan: antiseptik diterapkan ke lokasi tindakan untuk mengurangi flora kulit.
- Disinfeksi membran mukosa:
irigasi antiseptik dapat ditanamkan ke dalam uretra, kandung kemih atau
vagina untuk mengobati infeksi atau membersihkan rongga sebelum
kateterisasi.
- Disinfeksi mulut dan tenggorokan: Obat kumur antiseptik dapat digunakan untuk mencegah dan mengobati infeksi mulut dan tenggorokan.
Jenis-jenis antiseptik
Ada banyak sekali agen kimia yang dapat digunakan sebagai antiseptik. Beberapa antiseptik yang umum digunakan adalah
etakridin laktat (rivanol), alkohol, yodium, dan
hidrogen peroksida. Sebagian besar produk antiseptik di pasar mengandung satu atau lebih campuran zat tersebut.
1. Etakridin laktat (rivanol)
Etakridin
laktat adalah senyawa organik berkristal kuning oranye yang berbau
menyengat. Penggunaannya sebagai antiseptik dalam larutan 0,1% lebih
dikenal dengan merk dagang
rivanol. Tindakan
bakteriostatik rivanol dilakukan dengan mengganggu proses vital pada
asam nukleat sel mikroba. Efektivitas rivanol cenderung lebih kuat pada
bakteri gram positif
daripada gram negatif. Meskipun fungsi antiseptiknya tidak sekuat jenis
lain, rivanol memiliki keunggulan tidak mengiritasi jaringan, sehingga
banyak digunakan untuk mengompres luka, bisul, atau borok bernanah. Bila
Anda memiliki bisul di pantat, duduk berendam dalam larutan rivanol
dapat membantu mempercepat penyembuhannya. Untuk luka kotor yang
berpotensi infeksi lebih besar, penerapan jenis antiseptik lain yang
lebih kuat disarankan setelah luka dibersihkan.
2. Alkohol
Alkohol
adalah antiseptik yang kuat. Alkohol membunuh kuman dengan cara
menggumpalkan protein dalam selnya. Kuman dari jenis bakteri, jamur,
protozoa dan virus dapat terbunuh oleh alkohol. Alkohol (yang biasanya
dicampur yodium) sangat umum digunakan oleh dokter untuk mensterilkan
kulit sebelum dan sesudah pemberian suntikan dan tindakan medis lain.
Alkohol kurang cocok untuk diterapkan pada luka terbuka karena
menimbulkan rasa terbakar.
Jenis alkohol yang digunakan sebagai antiseptik adalah
etanol (60-90%),
propanol (60-70%) dan
isopropanol (70-80%) atau campuran dari ketiganya.
Metil alkohol (metanol) tidak boleh digunakan
sebagai antiseptik karena dalam kadar rendah pun dapat menyebabkan
gangguan saraf dan masalah penglihatan. Metanol banyak digunakan untuk
keperluan industri.
3. Yodium
Yodium atau iodine biasanya
digunakan dalam larutan beralkohol (disebut yodium tinktur) untuk
sterilisasi kulit sebelum dan sesudah tindakan medis. Larutan ini tidak
lagi direkomendasikan untuk mendisinfeksi luka ringan karena mendorong
pembentukan jaringan parut dan menambah waktu penyembuhan. Generasi baru
yang disebut
iodine povidone (iodophore),
sebuah polimer larut air yang mengandung sekitar 10% yodium aktif, jauh
lebih ditoleransi kulit, tidak memperlambat penyembuhan luka,
dan meninggalkan deposit yodium aktif yang dapat menciptakan efek
berkelanjutan. Salah satu merk antiseptik dengan
iodine povidone adalah
betadine.
Keuntungan
antiseptik berbasis yodium adalah cakupan luas aktivitas
antimikrobanya. Yodium menewaskan semua patogen utama berikut
spora-sporanya, yang sulit diatasi oleh disinfektan dan antiseptik lain.
Beberapa orang alergi terhadap yodium. Tanda alergi yodium adalah ruam
kulit kemerahan, panas, bengkak dan terasa gatal.
4. Hidrogen peroksida
Larutan
hidrogen peroksida 6% digunakan untuk membersihkan luka dan borok.
Larutan 3% lebih umum digunakan untuk pertolongan pertama luka gores
atau iris ringan di rumah. Hidrogen peroksida sangat efektif
memberantas jenis kuman anaerob yang tidak membutuhkan oksigen. Namun,
oksidasi kuat yang ditimbulkannya merangsang pembentukan parut dan
menambah waktu penyembuhan. Untung mengurangi efek sampingnya, hidrogen
peroksida sebaiknya digunakan dengan air mengalir dan sabun
sehingga paparannya terbatas. Jika menggunakan hidrogen peroksida
sebagai obat kumur, pastikan Anda mengeluarkannya kembali
setelah berkumur. Jangan menelannya.
Selain keempat bahan di atas, di masa lalu ada juga antiseptik berbasis merkuri yang dikenal dengan nama
merkurokrom atau obat merah.
Obat merah kini tidak dianjurkan, bahkan dilarang di banyak negara maju, karena kandungan merkurinya dapat berbahaya bagi tubuh. Beberapa zat alami seperti
madu,
lidah buaya dan
bawang putih juga bisa digunakan sebagai antiseptik.
Beberapa tips untuk Anda
- Ketahui cara pemberian antiseptik.
Dosis dan penggunaan yang benar tergantung pada masing-masing produk.
Tidak semua antiseptik sesuai untuk semua kondisi. Beberapa antiseptik
dapat merusak kulit jika luka ditutupi setelah penerapannya. Antiseptik
lain harus dibiarkan kering sepenuhnya sebelum luka ditutup. Periksa
petunjuk di label atau kemasan atau tanyakan kepada apoteker cara
menggunakan antiseptik dengan benar.
- Antiseptik tidak dimaksudkan untuk pengunaan lebih dari satu minggu. Jika
dalam seminggu luka Anda belum sembuh atau membaik, Anda harus
menghentikan penggunaannya dan segera berkonsultasi dengan dokter Anda.
- Hanya luka ringan yang cukup diobati dengan antiseptik.
Beberapa jenis cedera mungkin memerlukan perawatan medis dan tidak bisa
hanya diobati sendiri dengan antiseptik. Luka tersebut termasuk: luka
besar, luka potong yang dalam, luka yang terus mengeluarkan darah, luka
yang perlu jahitan, luka bakar tingkat lanjut, luka dengan benda
tertanam yang tidak dapat dicabut, gigitan hewan, luka tusuk, dan luka
mata. Ingatlah bahwa antiseptik hanya memberantas kuman di permukaan
kulit, untuk kuman di bagian yang lebih dalam Anda perlu antibiotik.
- Beberapa jenis antiseptik dapat mengiritasi kulit.
Tanyakan ke dokter sebelum menggunakan produk antiseptik pada anak
di bawah usia dua tahun. Kulit bayi memiliki jaringan yang belum
berkembang sempurna sehingga sensitif terhadap zat kimia apa pun,
termasuk antiseptik. Orang tua dan orang dengan kulit sensitif juga
perlu menanyakan ke dokter atau apoteker sebelum menggunakan antiseptik.
- Yodium mungkin meninggalkan noda di kulit.
Noda itu bisa dihilangkan dengan senyawa yang disebut natrium
tiosulfat. Bila Anda memiliki noda bekas yodium dan ingin
menghilangkannya, tanyakan ke apoteker untuk membantu mendapatkan
senyawa itu.
- Antiseptik tidak diketahui berinteraksi dengan obat-obatan lainnya. Namun, sebaiknya tidak menggunakan antiseptik bersama dengan krim, cairan atau salep topikal lain.
- Beberapa antiseptik dapat menyebabkan dermatitis kontak alergi.
Bila Anda memiliki alergi, Anda perlu mengecek dengan dokter atau
apoteker sebelum menggunakan produk antiseptik yang dijual bebas.
Sumber : Majalah Kesehatan