Kamis, 02 Agustus 2012

Bijaksana Memakai Antibiotik


Sejak penisilin ditemukan oleh Alexander Fleming  di tahun 1927 dan mulai diperkenalkan pada tahun 1940-an, antibotik telah menjadi obat andalan untuk mengatasi berbagai penyakit infeksi.
Penisilin, tetraksilin, sefalosporin dan makrolida (utamanya eritromisin) adalah empat kelompok antibiotik yang paling banyak digunakan dokter dari sekitar 150 jenis antibiotik yang ada.

Resistensi Antibiotik

Antibiotik adalah obat yang kuat. Namun, penggunaan antibiotik yang tidak tepat dan berlebihan dapat merugikan Anda karena menyebabkan bakteri resisten (kebal).
Bakteri adalah makhluk yang cerdas. Tujuan mereka adalah bertahan hidup dan berkembang biak. Resistensi bakteri terhadap antibiotik dilakukan melalui perubahan (mutasi) DNA bakteri. Bakteri yang telah bermutasi DNA-nya menjadi kebal antibiotik dan mereproduksi jutaan bakteri resisten turunannya hanya dalam waktu sehari.
Resistensi antibiotik merupakan masalah utama yang menjadi keprihatinan semua praktisi kesehatan masyarakat di seluruh dunia.  Bakteri yang resisten membuat obat yang kuat menjadi tidak berguna. Jika Anda sakit karena bakteri yang resisten terhadap antibiotik tertentu, Anda dapat:
  • Memiliki penyakit lebih lama dari yang seharusnya.
  • Lebih sering mengunjungi dokter.
  • Memerlukan rawat inap.
  • Memerlukan resep yang berbeda untuk melawan penyakit. Obat-obatan itu lebih mahal dan mungkin menyebabkan efek samping.
  • Menularkan bakteri resisten kepada anggota keluarga lain dan teman-teman Anda sehingga menyebarkan masalah.
Karena itu, dokter yang bijak biasanya enggan memberikan antibiotik, kecuali memang sangat dibutuhkan. Pada banyak kasus, sistem imun tubuh kita cukup kuat untuk mengatasi infeksi bakteri.

Tips Pemakaian Antibiotik

Berikut adalah tips menggunakan antibiotik agar bakteri tidak menjadi resisten:
  • Jangan menggunakan antibiotik sembarangan. Antibiotik hanya bermanfaat untuk mengobati infeksi bakteri seperti pneumonia dan radang sinus. Penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus seperti influenza dan pilek tidak sembuh oleh antibiotik. Bagaimana Anda tahu penyakit Anda disebabkan oleh bakteri atau virus? Tanyakan dokter Anda.
  • Gunakan antibiotik sesuai dosis dalam resep dokter dan sampai tuntas. Jangan berhenti minum antibiotik ketika Anda mulai merasa sehat, teruskan sampai obatnya habis. Selalu konsultasikan dengan dokter bila Anda ingin menghentikan pemakaian antibiotik, misalnya karena reaksi alergi.
  • Jangan memakai antibiotik sisa penggunaan sebelumnya. Antibiotik itu mungkin bukan jenis yang tepat untuk penyakit yang saat ini Anda rasakan. Setiap jenis antibiotik memiliki efektivitas berbeda untuk infeksi yang berbeda. Bakteri dapat resisten bila Anda tidak memakai jenis yang tepat. Penggunaan antibiotik yang sama berturut-turut dapat membuat bakteri resisten.
  • Jangan menggunakan antibiotik yang diresepkan untuk orang lain. Antibiotik yang tepat bagi seseorang belum tentu tepat bagi yang lain. Setiap orang memiliki respon berbeda terhadap obat, termasuk antibiotik.

    Source : Majalah Kesehatan

Mengenal Antiseptik

Antiseptik adalah agen kimia yang mencegah, memperlambat atau menghentikan pertumbuhan mikro-organisme (kuman) pada permukaan luar tubuh dan membantu mencegah infeksi. Beberapa antiseptik mampu membunuh kuman (bakteriosida), sedangkan yang lain hanya mencegah atau menghambat pertumbuhan mereka (bakteriostatik). Antiseptik berbeda dengan antibiotik, yang menghancurkan kuman di dalam tubuh, dan dari disinfektan, yang menghancurkan kuman pada benda mati.

Penggunaan antiseptik

Antiseptik terutama digunakan untuk mencegah dan mengobati infeksi pada luka. Sediaan antiseptik dapat digunakan untuk mengobati luka memar, luka iris, luka lecet dan luka bakar ringan. Penerapan antiseptik pada luka mungkin perlu diikuti tindakan lain seperti pembersihan dan penutupan luka dengan pembalut agar tetap bersih dan terjaga.
doc's officephoto © 2008 Brandi Sims | more info (via: Wylio)
Selain itu, antiseptik juga dapat digunakan untuk:
  • Disinfeksi tangan: menjadi pengganti atau menyempurnakan membasuh tangan dengan air. Tenaga medis dan paramedis harus melakukan disinfeksi tangan dengan antiseptik sebelum dan sesudah melakukan tindakan medis.
  • Disinfeksi pra-tindakan: antiseptik diterapkan ke lokasi tindakan untuk mengurangi flora kulit.
  • Disinfeksi membran mukosa: irigasi antiseptik dapat ditanamkan ke dalam uretra, kandung kemih atau vagina untuk mengobati infeksi atau membersihkan rongga sebelum kateterisasi.
  • Disinfeksi mulut dan tenggorokan: Obat kumur antiseptik dapat digunakan untuk mencegah dan mengobati infeksi mulut dan tenggorokan.

Jenis-jenis antiseptik

Ada banyak sekali agen kimia yang dapat digunakan sebagai antiseptik. Beberapa antiseptik yang umum digunakan adalah etakridin laktat (rivanol), alkohol, yodium, dan hidrogen peroksida. Sebagian besar produk antiseptik di pasar mengandung satu atau lebih campuran zat tersebut.

1. Etakridin laktat (rivanol)

Etakridin laktat adalah senyawa organik berkristal kuning oranye yang berbau menyengat. Penggunaannya sebagai antiseptik dalam larutan 0,1% lebih dikenal dengan merk dagang rivanol. Tindakan bakteriostatik rivanol dilakukan dengan mengganggu proses vital pada asam nukleat sel mikroba. Efektivitas rivanol cenderung lebih kuat pada bakteri gram positif daripada gram negatif. Meskipun fungsi antiseptiknya tidak sekuat jenis lain, rivanol memiliki keunggulan tidak mengiritasi jaringan, sehingga banyak digunakan untuk mengompres luka, bisul, atau borok bernanah. Bila Anda memiliki bisul di pantat, duduk berendam dalam larutan rivanol dapat membantu mempercepat penyembuhannya. Untuk luka kotor yang berpotensi infeksi lebih besar, penerapan jenis antiseptik lain yang lebih kuat disarankan setelah luka dibersihkan.

2. Alkohol

Alkohol adalah antiseptik yang kuat. Alkohol membunuh kuman dengan cara menggumpalkan protein dalam selnya. Kuman dari jenis bakteri, jamur, protozoa dan virus dapat terbunuh oleh alkohol. Alkohol (yang biasanya dicampur yodium) sangat umum digunakan oleh dokter untuk mensterilkan kulit sebelum dan sesudah pemberian suntikan dan tindakan medis lain. Alkohol kurang cocok untuk diterapkan pada luka terbuka karena menimbulkan rasa terbakar.
Jenis alkohol yang digunakan sebagai antiseptik adalah etanol (60-90%), propanol (60-70%) dan isopropanol (70-80%) atau campuran dari ketiganya. Metil alkohol (metanol) tidak boleh digunakan sebagai antiseptik karena dalam kadar rendah pun dapat menyebabkan gangguan saraf dan masalah penglihatan. Metanol banyak digunakan untuk keperluan industri.

3. Yodium

Yodium atau iodine biasanya digunakan dalam larutan beralkohol (disebut yodium tinktur) untuk sterilisasi kulit sebelum dan sesudah tindakan medis. Larutan ini tidak lagi direkomendasikan untuk mendisinfeksi luka ringan karena mendorong pembentukan jaringan parut dan menambah waktu penyembuhan. Generasi baru yang disebut iodine povidone (iodophore), sebuah polimer larut air yang mengandung sekitar 10% yodium aktif, jauh lebih ditoleransi kulit, tidak memperlambat penyembuhan luka, dan meninggalkan deposit yodium aktif yang dapat menciptakan efek berkelanjutan. Salah satu merk antiseptik dengan iodine povidone adalah betadine.
Keuntungan antiseptik berbasis yodium adalah cakupan luas aktivitas antimikrobanya. Yodium menewaskan semua patogen utama berikut spora-sporanya, yang sulit diatasi oleh disinfektan dan antiseptik lain. Beberapa orang alergi terhadap yodium. Tanda alergi yodium adalah ruam kulit kemerahan, panas, bengkak dan terasa gatal.

4. Hidrogen peroksida

Larutan hidrogen peroksida 6% digunakan untuk membersihkan luka dan borok. Larutan 3% lebih umum digunakan untuk pertolongan pertama luka gores atau iris ringan di rumah. Hidrogen peroksida sangat efektif memberantas jenis kuman anaerob yang tidak membutuhkan oksigen. Namun, oksidasi kuat yang ditimbulkannya merangsang pembentukan parut dan menambah waktu penyembuhan. Untung mengurangi efek sampingnya, hidrogen peroksida sebaiknya digunakan dengan air mengalir dan sabun sehingga paparannya terbatas. Jika menggunakan hidrogen peroksida sebagai obat kumur, pastikan Anda mengeluarkannya kembali setelah berkumur. Jangan menelannya.
Selain keempat bahan di atas, di masa lalu ada juga antiseptik berbasis merkuri yang dikenal dengan nama merkurokrom atau obat merah. Obat merah kini tidak dianjurkan, bahkan dilarang di banyak negara maju, karena kandungan merkurinya dapat berbahaya bagi tubuh. Beberapa zat alami seperti madu, lidah buaya dan bawang putih juga bisa digunakan sebagai antiseptik.

Beberapa tips untuk Anda

  • Ketahui cara pemberian antiseptik. Dosis dan penggunaan yang benar tergantung pada masing-masing produk. Tidak semua antiseptik sesuai untuk semua kondisi. Beberapa antiseptik dapat merusak kulit jika luka ditutupi setelah penerapannya. Antiseptik lain harus dibiarkan kering sepenuhnya sebelum luka ditutup. Periksa petunjuk di label atau kemasan atau tanyakan kepada apoteker cara menggunakan antiseptik dengan benar.
  • Antiseptik tidak dimaksudkan untuk pengunaan lebih dari satu minggu. Jika dalam seminggu luka Anda belum sembuh atau membaik, Anda harus menghentikan penggunaannya dan segera berkonsultasi dengan dokter Anda.
  • Hanya luka ringan yang cukup diobati dengan antiseptik. Beberapa jenis cedera mungkin memerlukan perawatan medis dan tidak bisa hanya diobati sendiri dengan antiseptik. Luka tersebut termasuk: luka besar, luka potong yang dalam, luka yang terus mengeluarkan darah, luka yang perlu jahitan, luka bakar tingkat lanjut, luka dengan benda tertanam yang tidak dapat dicabut, gigitan hewan, luka tusuk, dan luka mata. Ingatlah bahwa antiseptik hanya memberantas kuman di permukaan kulit, untuk kuman di bagian yang lebih dalam Anda perlu antibiotik.
  • Beberapa jenis antiseptik dapat mengiritasi kulit. Tanyakan ke dokter sebelum menggunakan produk antiseptik pada anak di bawah usia dua tahun. Kulit bayi memiliki jaringan yang belum berkembang sempurna sehingga sensitif terhadap zat kimia apa pun, termasuk antiseptik. Orang tua dan orang dengan kulit sensitif juga perlu menanyakan ke dokter atau apoteker sebelum menggunakan antiseptik.
  • Yodium mungkin meninggalkan noda di kulit. Noda itu bisa dihilangkan dengan senyawa yang disebut natrium tiosulfat. Bila Anda memiliki noda bekas yodium dan ingin menghilangkannya, tanyakan ke apoteker untuk membantu mendapatkan senyawa itu.
  • Antiseptik tidak diketahui berinteraksi dengan obat-obatan lainnya. Namun, sebaiknya tidak menggunakan antiseptik bersama dengan krim, cairan atau salep topikal lain.
  • Beberapa antiseptik dapat menyebabkan dermatitis kontak alergi. Bila Anda memiliki alergi, Anda perlu mengecek dengan dokter atau apoteker sebelum menggunakan produk antiseptik yang dijual bebas.

    Sumber : Majalah Kesehatan